Minggu, 16 Januari 2011

Pemuliaan Tanaman Buah

1. Pemuliaan Apel.

Kesuksesan pemuliaan tanaman buah yang umumnya merupakan tanaman tahunan adalah merupakan kombinasi seni dan ilmu. Sebagai contoh pemuliaan apel di Western Australia, yang merupakan pemuliaan buah apel terbesar dan terlama di Australia. Proyek penelitian pemuliaan apel di Western Australia telah dikenal luas secara nasional dan internasional sebagai salah satu program pemuliaan yang inovatif dan maju di dunia. Proyek ini terdiri dari sekelompok ahhli, tenaga professional dan standar kualitas yang tidak ada saingannya di seluruh Australia. Para ahli didukung dengan kondisi polinasi yang ideal pada saat pembungaan dan pilihan varietas yang sangat banyak. Program pemuliaan apel ini berpusat di Manjimup, 300 kilometer selatan Perth, telah menjadi pusat pemuliaan buah.
Pemuliaan tanaman apel di Western Australian dimulai dengan pemuliaan skala kecil yang didanai oleh Departemen Pertanian Western Australian di Stoneville Research Station di Perth Hill, tahun 1972 – 1985. Program pemuliaan ini menghasilkan 700 – 1200 bibit per tahun dimana lebih dari 16.000 benih ditanam. Hampir semua persilangannya adalah Lady Williams x Golden Delicious. Hasil akhir dari program ini adalah dirilisnya Pink Lady dan Sundowner. Pink Lady sejak saat itu menjadi varietas utama di dunia dan tergolong apel premium, dengan warna semburat pink dan rasanya yang khas ‘crunchy’ atau renyah dengan sedikit rasa asam (Gambar 1 dan 2).
Koleksi plasma nutfah sangat penting dalam pengembangan varietas. Sampai tahun 1999 di Manjimup ada 50.000 tanaman apel yang dikoleksi di lapang. Setiap tahun dilakukan evaluasi terhadap pohon – pohon apel yang dikoleksi untuk kemudian diseleksi lebih lanjut. Berikut tabel seleksi apel di WA.
Tahun Jumlah Pohon yang dievaluasi Seleksi lanjutan
Inisiatif baru dalam pemuliaan apel adalah dengan memanfaatkan bioteknologi. Meskipun program pemuliaan sangat kuat berdasarkan metode konvensional, metode bioteknologi sudah mulai digunakan. Penelitian awal dipusatkan pada 4 area utama, yaitu penggunaan bioteknologi untuk:
  1. Analisa parental
  2. Genetik fingerprinting untuk varietas baru
  3. Pemuliaan dengan bantuan penanda gen (marker assisted breeding) dan
  4. Pengendalian sintesa etilen dalam penyimpanan
Keempat kegiatan tersebut merupakan kerjasama Departemen Pertanian Western Australia dengan SABC (State Agricultural Biotechnology Centre) di Murdoch University, Perth.

2 Pemuliaan Jeruk

Asal Citrus/Jeruk adalah Asia Tenggara.
Jeruk berasal dari Asia Tenggara, dimana saat ini jeruk menjadi salah satu buah terpenting di dunia. Jeruk juga ditanam di daerah lain di dunia, kurang lebih di 100 negara. Pada tahun 1995, the Food and Fertilizer Technology Center melakukan survey metode produksi yang digunakan oleh petani jeruk di berbagai negara. Hasil survey menunjukkan bahwa hasil per unit area di Asia lebih rendah dibandingkan negara – negara Barat, sedangkan biaya produksi dan pemasaran relatif tinggi. Produksi sebesar 40 mt/ha tidaklah dianggap sangat tinggi di negara Barat, sebaliknya rata – rata produksi di Korea adalah 26 mt/ha, di Thailand 15 mt/ha, dan di Taiwan hanya 15 mt/ha. Persetujuan WTO yang mendesak era baru perdagangan bebas dunia, membuat sangat penting bagi industri jeruk di negara Asia untuk menjadi lebih kompetitif. Ini memungkinkan petani untuk memperoleh tempat di pasar domestic di jaman liberalisasi dan jika memungkinkan memperluasnya.
Selain biaya produksi yang tinggi dan hasil yang rendah, produksi citrus di daerah ini memiliki masalah serius dalam hal penyakit, terutama penyakit greeding dan virus, sehingga umur pohon relatif pendek. Dalam hal lama waktu yang diperlukan oleh pohon jeruk untuk mencapai kedewasaan, memperpanjang umur pohon memberi kontribusi yang penting untuk meningkatkan persentase kebun buah yang produktif, dan mengurangi biaya produksi. Masalah lain adalah kurangnya varietas yang bagus, kurangnya bibit tanaman yang bebas penyakit, dan kebutuhan teknik penanaman yang tepat sehingga petani dapat lebih mengontrol saat panen, sehingga dapat menghindari produksi musiman yang berlebihan.
Keinginan untuk meningkatkan produksi jeruk sangat bagus, karena permintaan sangat besar untuk menyerap produksi, tanpa menurunkan harga. Ada 2 cara utama untuk mencapainya, memperbaiki teknik budidaya dan pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul. Dalam prakteknya, kedua strategi ini harus diaplikasikan bersama.
Pemuliaan untuk mendapatkan varietas baru.
Ada beberapa masalah dalam pemuliaan jeruk untuk mendapatkan varietas unggul. Dari 4 grup utama citrus (jeruk manis/sweet orange, mandarin, jeruk besar/grapefruit dan jeruk limau/lemon), hanya satu, mandarin, yang merupakan spesies sejati. Tiga grup lainnya adalah hibrida interspesifik yang tidak dapat diperbaiki dengan teknik pemuliaan konvensional. Bahkan pada mandarin, salah satu varietas mandarin, Satsuma, dihasilkan dari mutasi, bukan dari pemuliaan selektif, yang membuat perbaikan sifat menjadi sangat sulit. Adalah penting untuk memperoleh informasi genetik yang lebih sistematik tentang varietas yang ada, juga tentang sifat yang ingin dimanipulasi pemulia.
Masalah lain dalam pemuliaan varietas jeruk adalah lamanya periode pohon untuk mencapai kematangan, dan ukuran pohon jeruk yang besar. Kedua faktor ini berarti bahwa pemuliaan cultivar baru memerlukan areal lahan yang besar dalam periode waktu yang panjang, dan ini menambah biaya. Faktor biologi lain yang juga membatasi pengembangan cultivar baru adalah ketidakserasian seks dan sterilitas, dan nucellar embryony yang biasa terjadi.
Di Jepang, satu varietas, mandarin Satsuma, mewakili 75% produksi jeruk. Banyak usaha telah dilakukan untuk menganekaragamkan varietas, termasuk beberapa varietas baru, tapi tidak berhasil. Beberapa kultivar baru telah dikembangkan pada abad ini di Jepang yang memiliki kualitas buah superior, tapi produktivitas rendah. Jeruk –jeruk ini cenderung menyukai kondisi iklim yang hangat. Beberapa pemulia jeruk menyarankan bahwa pemuliaan jeruk di Jepang di masa depan harus menekankan tidak hanya pada kualitas dan produksi buah, tapi juga kemampuan kultivar untuk beradaptasi di kisaran iklim yang luas.
Program Pemuliaan di masa yang akan datang
Konservasi plasma nutfah sangat vital, termasuk varietas – varietas yang sekarang digantikan dengan cepat oleh varietas yang lebih unggul. Pemulia tanaman jeruk di Jepang, sebagai contoh, sekarang memproduksi hibrida interspesifik jeruk dan juga microcitrus. Jeruk – jeruk ini tidak langsung dapat digunakan untuk buah, karena rasanya yang tidak enak, tapi menjanjikan sebagai rootstock (batang bawah). Yang juga penting adalah spesies liar yang masih memiliki hubungan dekat, banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi kecil atau tidak langsung bernilai. Beberapa spesies hampir punah karena habitat alaminya dihancurkan. Adalah sangat penting untuk melakukan konservasi plasma nutfah. Juga penting dilakukan pemetaan gen (genetic mapping), dan juga mengklarifikasikan hubungan filogenetik dan luasan keragaman genetik pada jeruk dan keluarganya.
Pertukaran materi genetik antar negara merupakan faktor penting lainnya. Selain faktor penyakit dan karantina, satu masalah utama yang membatasi pertukaran plasma nutfah jeruk secara internasional adalah hak paten sumber daya genetik berdasarkan WTO. Tapi, juga telah disetujui bahwa semua program pemuliaan jeruk akan diberi kebebasan untuk mengakses secara luas materi genetik.
Bioteknologi tampaknya sangat penting dalam pemuliaan varietas baru jeruk. Rekayasa genetika dan perkembangan lain dalam biologi molekuler menawarkan kemungkinan untuk memperluas jumlah kombinasi gen, termasuk tanaman transgenic yang memiliki keunggulan tahan penyakit dan sifat yang penting lainnya. Kultur jaringan juga merupakan teknik yang penting: regenerasi secara in vitro mungkin menghasilkan mutasi yang berguna, juga hibrida somatik yang baru untuk batang bawah. Karena hibrida somatik merupakan tetraploid, teknik ini juga berguna untuk mengembangkan cultivar batang atas (scion), terutama triploid tanpa biji. Transformasi genetik akan memudahkan untuk memodifikasi hanya satu sifat terseleksi, tanpa mengubah sifat lainnya.
Kesimpulan
Kenyataan bahwa ribuan metric ton jeruk yang ditanam di negara Asia menunjukkan keuntungan dan kesuksesan industri jeruk. Akan tetapi, di banyak negara, produksi menurun belakanang ini, terutama karena kompetisi impor, termasuk jus jeruk impor. Tekanan dari jeruk import kemungkinan akan memukul petani jeruk lebih keras lagi di bawah perjanjian WTO. Juga ada kompetisi dari buah – buah lain yang masuk ke pasar bersamaan dengan jeruk, juga bahkan kompetisi dari makanan kecil, yang lebih disukai anak – anak muda dibandingkan buah segar.
Produksi jeruk di masa depan mungkin dapat diatur, bukan dengan kapasitas produksi petani, tapi oleh kekuatan permintaan pasar dan oleh tingkat harga. Usaha untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja dalam produksi jeruk, dengan menggunakan teknologi terintegrasi dan memperbaiki praktek budidaya, akan menjadi sangat penting. Perbaikan pengendalian penyakit, sehingga memungkinkan kebun buah di daerah tropis memiliki masa hidup yang lebih panjang, juga akan memegang peran penting untuk mengurangi biaya dan membuat petani jeruk di suatu daerah lebih kompetitif.
Penelitian, dan penyampaian hasil penelitian ke petani, telah memperbaiki baik produksi maupun kualitas jeruk yang ada dua decade terakhir. Ke depan adalah menjanjikan, khususnya dalam hal kemampuan kita untuk memproduksi varietas dengan sifat – sifat seperti unggul tahan hama dan penyakit, kualitas penyimpanan dan rasa yang enak, serta hasil yang tinggi. Tapi, konservasi plasma nutfah jeruk, khususnya di Asia Tenggara yang merupakan asal jeruk, harus diberi prioritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar