Minggu, 16 Januari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

Acara Praktikum : Dormansi
Tujuan :
1.      Membandingkan efektifitas GA3 dengan NAA dalam mematahkan dormansi dan memacu perkecambahan biji cabai.
2.      Menentukan konsentrasi GA3 atau NAA yang paling efektif dalam mematahkan dormansi dan memacu perkecambahan biji cabai.

Hasil dan Pembahasan :
A.     Hasil

Tabel hasil pengamatan perkecambahan biji cabai
Biji lama
GA3
Kons (ppt)
Jumlah biji yang berkecambah pada hari ke-
%
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10


GA3
0
0
0
-


-
2
0
0
2
55
20
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
30
40
0
0
0
0
0
0
0
1
4
4
45
60
0
0
0
4
0
8
7
0
1
0
100
NAA
0
0
2
0
2
6
0
0
0
3
0
65
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
40
0
0
1
2
3
0
0
0
3
0
45
60
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Biji lama
GA3
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
 0
0
1
4
0
0
11
0
1
1
90
40
0
0
4
6
3
2
0
0
0
0
75
60
-

-
-

-
-
-
-
-
-
NA
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
0
0
0
0
10
0
0
0
5
5
100
40
0
0
0
2
2
0
0
0
1
6
55
60
0
0
8
10
2
0
0
0
0
0
100
B.      Pembahasan
Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji. Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Werein & Phillips (1970), istilah yang mendekati pada arti dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji sebelum akhirnya tumbuh dan melewati fase vegetatifnya..
Hasil praktikum manunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh GA3 lebih efektif daripada NAA terutama pada konsentrasi 60 ppm, dari data terlihat pada konsentrasi 60 ppm bias mencapai 84%. Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukan dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah Gardner et al (1991).
Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh NAA maupun GA3 ternyata memberikan pengaruh terhadap pematahan dormansi biji. Pada konsentrasi tinggi, pengaruh yang ditimbulkan akan lebih cepat dari pada konsentrasi rendah, namun tingkatnya masih dalam ambang terbatas karena ZPT dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada perlakuan GA3 memiliki pengaruh yang lebuh besar karena Giberelin merupakan fitohormon yang mempengaruhi peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan panjang batang dan akar pada tanaman (Abidin,1987).Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang didapat.
Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga meningkatkan besar daun dan beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah adalah giberelin. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2º-4º) pada tanaman. Giberelin pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran sel. (Zummermar,1961). Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara yang cukup, mendapat suhu pada kisaran yang memadai dan pada keadaan tertentu, mendapat periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi pada sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun telah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari, minggu bahkan bulan, tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan (Prawiranata et al, 1989).
Menurut Kusumo (1990), NAA (α naphthalene acetic acid)  merupakan ZPT yang dikelompokkan ke dalam auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi pertumbuhan akar, yaitu mengenai banyaknya akar maupun kualitas akar yang dihasilkan.Namun dibutuhkan pada konsentrasi kecil pada peranannya untuk mengatur tumbuh tanaman.  Sifat-sifat yang menyebabkan NAA berespon positif terhadap tanaman antara lain  (1) sifat kimianya yang mantap dan pengaruhnya yang lama, (2) hormon ini tetap berada di tempat ia diberikan dan tidak menyebar kebagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain. Kekurangan dari NAA adalah kisaran (range) kepekatan yang senpit, kepekatan yang melebihi batas (diluar range) akan bersifat racun.
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :
1.      Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo),
2.      Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature embryo),
3.      Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis),
4.      Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan
5.      Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).
Teknologi pertanian menangani biji dengan tekstur keras itu sengaja dirusak atau dilembekkan dengan suatu proses yang disebut skarifikasi. Skarifikasi secara kimiawi, biji direndam dalam asam pekat, pelarut organik seperti aseton atau bahkan dalam air yang mendidih. Skarifikasi mekanik, biji digoyang-goyang dalam bahan penggosok seperti pasir atau ditoreh dengan pisau (Loveless, 1990).
Fase-fase yang terjadi dalam dormansi biji menurut  Abidin (1987) adalah :
  1. Fase induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
  2. Fase tertundanya metabolisme
  3. Fase bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
  4. Perkecambahan, ditandai oleh meningkatnya hormon dan aktifitas enzim.
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Zat pengatur tumbuh GA3 lebih efektif dalam mematahkan dormansi dan memacu pertumbuhan biji cabai dibandingkan NAA.
2.      Konsentasi GA3 60 ppm paling efektif dalam mematahkan dormansi dan menacu perkecambahan biji.

Daftar Referensi
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.

Gardner, F. R., Pearce, F. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta.

Loveless, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta.

Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Yasaguna, Jakarta.

Prawiranata, W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB, Bogor.

Saleh,M.S.,2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah. Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian UNTAD.
Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants. Pergamon Press, New York.
Zummermar,P.W.1961. Plant Growth Regulation.The Lowa State University Press.USA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar