Minggu, 16 Januari 2011

GENETIKA MANUSIA

HUKUM MENDEL 1
  • “Pada waktu pembentukan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi haploid”
  • Disebut juga Hukum segregasi atau kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet


HUKUM MENDEL 2
  • “Waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas, akan bergabung secara bebas membentuk genotif dengan kombinasi2 alel yang berbeda
  • Disebut juga Hukum penggabungan secara bebas (the Mendelian law of independent assortment)

Contoh:
P: Ayah normal heterozigot x Ibu albino
G: A, a X a, a
F1: Aa, Aa, aa, aa

P: Ayah gol darah A homozigot X Ibu golongan darah B heterozigot
G: A, A X B, O
F1: AB, AO, AB, AO

Contoh Soal:
  1. Ibu normal heterozigot albino menikah dengan ayah albino. Bagaimana kemungkinan anaknya?
  2. Ibu golongan darah O menikah dengan ayah golongan darah B heterozigot. Bagaimana kemungkinan anaknya
  3. Ibu penderita diabet menikah dengan ayah diabet. Bagaimana kemungkinan anaknya?
  4. Ibu normat heterozigot menikah dengan ayah butawarna. Bagaimana kemungkinan anaknya?

ABNORMALITAS PENYAKIT GENETIK DOMINAN
1. JARI LEBIH (POLYDACTYLY)
· Jari lebih oleh gen dominan P, normal resesif p

2. GIGI COKLAT
· Gigi lunak, cepat hancur warna coklat karena email tumbuh tak normal
· Diturunkan dominant

3. HUNTINGTON’S CHOREA
· Ditandai dengan gerakan otot yang involunter (tak teratur) setelah 35 tahun
· Diturunkan dominan

ABNORMALITAS PENYAKIT GENETIK RESESIF
1. PHENYLTHIOCARBAMIDE (PTC)
· Semacam bahan kimia, dimana sebagian orang dapat mengecap sebagian tidak
· Mengecap oleh gen dominan T, tak dapat mengecap oleh gen resesif t

2. PHENYLKETONUREA (PKU)
· Penderita ini tak mampu memetabolisme Fenilalamin, sehingga menumpuk didalam darah dan dibuang kedalam urine
· Fenilalamin sangat dibutuhkan tubuh untuk berbagai sintesa protein penting

· Penderita ini akan mengalami:

· Mental terbelakang

· Rambut putih

· Mata kebiruan

· Bentuk tubuh seperti orang psychotic

· Umur pendek (<>

3. TYROSINOSIS
· Ketidakmampuan merubah tiroksin
· Diturunkan resesif

4. ALBINO
· Ketidakmampuan membentuk pigmen melanin
· Diturunkan resesif

5. ALKAPTONUREA
· Ketidakmampuan merubah alkapton, sehingga terbuang di urine dan memberikan warna hitam pada popok
· Diturunkan resesif

6. GALACTOSEMIA
· malnutrisiKetidakmampuan merubah galaktosa menjadi glukosa
· Mental mundur, mata katarak, hati bengkak akhirnya mati

· Diturunkan resesif

7. DIABETES MELITUS
· Ketidakmampuan memproduksi insulin
· Diturunkan resesif

8. CYSTIC FIBROSIS
· Ditandai :
· Tingginya kadar NaCl dalam keringat
· Kelenjar tidak bekerja sempurna
· Diturunkan resesif

ABNORMALITAS PENYAKIT GENETIK SEMIDOMINAN
1. CICLE CELL ANEMIA
·Anemia yang disebabkan ketidak abnormalan eritrosit yang berbentuk seperti bulan sabit
· Diturunkan semi dominan (dominan tidak penuh)

· SS: anemia, eritrosit bulan sabit
· Ss: tidak anemia, eritrosit bulan sabit
· ss: normal
2. THALASEMIA / COOLEY’S ANEMIA
· Anemia yang disebabkan eritrosit : kecil (microcytic) lonjong (leptocytic), banyak (polycethemic)
· Diturunkan semi dominan
· Th Th: anemia berat: Thalasemia major
· Th th: anemia ringan: Thalasemia minor
· th th: normal

3. CYSTINURIA
· Ditandai dalam urinenya dijumpai asam amino cystein, yang dapat mengendap dan membentuk batu ginjal
· Diturunkan semi dominan
· CC : parah, ada batu ginjal
· Cc : ringan, tak ada batu ginjal
· cc : normal

KELAINAN KROMOSOM SEX Y
1. HYSTRIX GRAVIOR
· Hg : pertumbuhan bulu normal
· hg : pertumbuhan bulu kasar dan panjang, seperti landak

2. WEBBED TOES
· Wt : pertumbuhan kulit jari normal
· wt : pertumbuhan kulit antar jari seperti kodok, bebek


3. HIPERTICHOSIS

· Ht : pertumbuhan bulu kuping normal
· ht : pertumbuhan bulu sekitar kuping

KELAINAN KROMOSOM SEX X
1. HEMOPHILIA

· Ditandai dengan darah sukar membeku

· Bersifat resesif, wanita ada carier

· Hemopilia A: tak ada faktor VIII

· Hemopilia B: tak ada faktor IX : penyakit Chrismast


2. BUTAWARNA

· Tidak dapat melihat warna

· Ada butawarna merah, ada butawarna biru

· Bersifat resesif

· Wanita ada carier


3. TAK BERGERAHAM (A MOLAR)

· Gigi susu premolar tumbuh, gigi tetap tak tumbuh

· Bersifat resesif


4. OMPONG (ANODONTIA)

· Samasekali tak punya gigi

· Bersifat resesif


5. TAK BER EMAIL (ANENAMEL)

· Gigi tak beremail, mudah rusak

· Bersifat dominan


6. G6PD: GLUKOSE 6 PHOSPHAT DEHIDROGENASE DEFISIENSI

· Tidak adanya enzim G6PD

· Dapat terjadi hemolisis, jika minum obat : primaquin, asetanilid, aspirin, nitrofurantoin, sulfonamid

· Bersifat resesif

Contoh Soal:

  1. Ibu normal menikah dengan ayah penderita anemia sel sakit berat. Bagaimana kemingkinan anaknya?
  2. Ibu thalasemia ringan menikah dengan ayah normal. Bagaimana kemungkinan anaknya?
  3. Ayah hemofili menikah dengan ibu normal pembawa sifat. Bagaimana kemungkinan anaknya?

ALEL GANDA

· Gen yang mempunyai alel lebih dari 2

· GOLONGAN DARAH SISTEM ABO

  • Ada 3 macam alel (Aslinya I , mutasi jadi Ia , Ib , I)
  • Golongan darah A (Ia Ia atau Ia i); B (Ib Ib atau Ib i); AB (Ia Ib); O (ii)

· GOLONGAN DARAH SISTEM RHESUS

  • Terdiri dus buah alel : Rh dan rh
  • Rhesus pos: Rh Rh, Rh rh
  • Rhesus neg: rh rh
  • Dapat menyebabkan Eritroblastosis fetalis pada kehamilan ibu yang kedua

KOMPLEMENTER
  • Interaksi gen yang saling melengkapi, jika tidak ada menyebabkan TULI
  • Cacat turunan dipengaruhi oleh 2 gen yang koplementer D-e dan E-e
  • Jika kedua gen dominan D & E saling bertemu fenotifnya normal
  • Normal : DE
  • Tuli: De, dE, de

EPISTAKSIS
  • Interaksi dimana gen yang satu mengalahkan yang lain, gen yang mengalahkan disebut epistaksis

WARNA IRIS MATA ORANG

  • Ada interaksi antara B-b (brown) dan I-i (inhibitor)
  • Yang epistaksis I (penghalang), jika I hadir bersama B, warna wata coklat dihalangi oleh I fenotifnya mata jadi biru
  • B: ada pigmen (coklat)
  • b: tak ada pigmen (biru)
  • I: penghalang
  • i: tak menghalangi

CONTOH SOAL
  1. Ibu Indonesia mata coklat (Bb ii) menikah dengan ayah Belanda mata biru (BB Ii). Bagaimana kemungkinan anaknya?
  2. Ibu normal (DdEe) menikah dengan ayah tuli (Ddee). Bagaimana kemungkinan anaknya?
  3. Ibu rhesus negatif menikah dengan ayah resus positif homozigot. Bagaimana kemungkinan anaknya?

POLIMERI

  • Interaksi gen yang bersifat kumulatif
  • contoh :
  • Pigmen kulit
  • Tinggi badan
  • Tekanan darah

GENOTIPE (KELAIANAN GENETIK) YANG BERHUBUNGAN DENGAN JENIS KELAMIN

  1. SUMBING
  • Diturunkan resesif
  • Laki : 60 %, wanita : 40

  1. BOTAK
  • Diturunkan dominan
  • BB: botak baik laki & perempuan
  • Bb: botak : laki, tidak perempuan, dihambat oleh Estrogen
  • bb: normal

Metode pemuliaan dengan kultur jaringan

1. Penyelamatan embrio
Pemuliaan tanaman terjadi melalui hibridisasi dan seleksi. Dengan menyilangkan tanaman, pemulia berusaha untuk menggabungkan karakter terbaik dari 2 tanaman yang berbeda. Melalui seleksi, pemulia mencoba untuk menyeleksi anakan yang memiliki kombinasi kualitas yang optimal dari kedua tanaman induk. Proses ini tentu saja sangat tergantung pada produksi benih viable. Jika benih viabel tidak terbentuk, tidak akan ada keturunan yang akan diseleksi. Tidak ada anakan tidak berarti fertilisasi tidak terjadi setelah polinasi. Kemungkinan terjadi keguguran embryo pada fase dini perkembangan biji, akibat penyebab yang tidak diketahui. Dengan teknik kultur jaringan, embryo yang belum matang ini dapat diselamatkan (SBW International, 2008)
Teknik penyelamatan embrio (embryo rescue) mulai dikembangkan tahun 1900an yang memungkinkan benih yang belum matang atau embrio diselamatkan untuk membentuk tanaman baru. Ini biasanya dilakukan untuk benih – benih yang memiliki masa dormansi yang panjang. Belakangan ini juga berkembang teknik penyelamatan bakal biji yang telah terserbuki tapi tidak pernah menghasilkan benih viable. Penyelamatan embryo banyak dilakukan untuk memperoleh hibrida interspesifik dan intergenerik. Misalnya pada kentang dan berbagai tanaman hias.

2. Kultur Haploid
Pada pemuliaan konvensional, 2 galur tetua disilangkan untuk memperoleh tanaman hibrida F1. Dua set kromosom pada tanaman F1 bersegregasi acak pada generasi – generasi selanjutnya, untuk berbagai sifat agronomis. Pemulia tanaman harus menyeleksi gallur yang diinginkan dan menanamnya untuk sedikitnya 8 – 10 generasi, dengan seleksi yang kontinyu, sampai 2 set kromosom pada galur yang disilangkan menjadi identik (homozygous).
Kultur anther/mikrospora, yaitu mengkulturkan butiran tepung sari (dengan 1 set kromosom; haploid) diinduksi untuk membagi dan menggandakan jumlah kromosomnya sehingga tanaman menjadi memiliki 2 set kromosom yang sama. Semua langkah produksi tanaman double haploid ini dapat dicapai dalam 1 – 2 generasi. Karenanya, jika teknik kultur mikrospora dilakukan pada tanaman hibrida F1, akan menghasilkan tanaman homozygote dalam 1 generasi, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan dalam membuat varietas yang uniform (true bred).

3. Variasi somaklonal
Variasi somaklonal merupakan variasi yang muncul dari kultur kalus. Dalam perbanyakan in vitro, biasanya pembentukan kalus dihindari, karena dapat memunculkan variasi, sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda dari tanaman asalnya. Di sisi lain, kalus diinduksi dengan sengaja karena dapat berpotensi untuk produksi masa plantlet baru. Di samping itu, peluang terbentuknya variasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keragaman genetik dan untuk mendapatkan varietas-varieatas baru.
Hal ini karena mutasi dapat terjadi saat sel membelah khususnya dalam kondisi buatan seperti pada kultur jaringan dimana nutrien dan hormon berada dalam konsentrasi yang tinggi. Mutasi genetik selama perbanyakan dengan kultur jaringan disebut variasi somaklonal yang dapat meningkatkan keragaman genetik plasma nutfah tanaman. Somaklonal variasi dalam kultur jaringan mencakup variasi antar tanaman atau sel yang dapat terjadi dari semua jenis kultur jaringan.
Kultur kalus
Kalus adalah suatu kumpulan sel yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah secara terus menerus. Dalam keadaan in vivo, kalus dapat terbentuk pada bekas-bekas luka akibat infeksi Agrobacterium tumefaciens, akibat gigitan atau tusukan serangga. Kalus juga dapat diinduksi secara in vitro. Secara in vitro kalus dapat diperoleh dari potongan organ yang steril dan ditumbuhkan didalam media yang mengandung auxin atau kadang-kadang mengandung sedikit sitokinin.
Kalus dapat diinisiasi dari hamper semua bagian tanaman. Tetapi organ yang berbeda menunjukkan kecepatan pembelahan sel yang berbeda pula. Pada pengamatan pembentukan kalus, sering diamati bahwa pembelahan sel tidak terjadi pada semua sel dalam jaringan asal, tetapi hanya pada sel yang berada pada jaringan periphery yang membelah terus-menerus, sedang sel-sel di tengah tetap. Pembelahan yang hanya terjadi pada lapisan luasr dapat disebbkan karena, ketersediaan hara yang lebih banyak, keluarnya gas CO2, penghambat yang bersifat fenolik, cahaya.
Dalam kultur kalus dapat terbentuk sel-sel yang heterogen. Sel-sel yang heretogen ini selain berasal dari materi asalnya, juga dapat muncul akubat periode kultur yang panjang melalui proses subkultur yang berkali-kali. Perubahan yang terjadi dapat merupakan aberasi kromosom, mutasi gen, duplikasi/poliploidi.
Kecepatan perubahan dalam kromosom dipengaruhi juga oleh macam media yang digunakan serta jenis tanaman. Kromosom yang tidak stabil ini menyulitkan perbanyakan jika tujuannya untuk memperoleh hasil yang sama dengan tanaman asal. Tetapi dapat digunakan dalam pemuliaan tanaman untuk memperoleh sifat-sifat baru.
Pembentukan Tunas dan Akar
Setelah kalus terbentuk, maka dilakukan induksi tunas dan induksi akar sehingga diperoleh plantlet. Plantlet kemudian diaklimatisasi dan ditanam dilapang. Variasi yang terjadi dapat dianalisis secara molekuler dengan menggunakan marker RAPD atau ISSR. Variasi juga diamati melalui pengamatan morfologi.

Daftar Pustaka:
Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Smith, R.H. 2000. Plant Tissue Culture: Techniques and Experiments. Academic press, London.
Taji, A., Dodd, W., Williams, R.R. 1997. Plant Tissue Culture Practice. University of New England, Armidale, NSW, Australia

Penentuan sex pada tumbuhan

Tipe sex pada tumbuhan dibedakan berdasarkan individu bunga, individu tumbuhan, dan populasi tumbuhan.
Pada individu bunga:
  1. Staminat atau Androecious: bunga hanya mempunyai stamen atau benang sari saja, dan disebut bunga jantan
  2. Pistilat atau Ginoecious: bunga hanya mempunyai karpel atau putik saja dan disebut bunga betina
  3. Hermaprodit atau Sempurna: bunga mempunyai stamen dan karpel
Pada individu tumbuhan:
  1. Androecious: pada satu tanaman hanya ada bunga jantan
  2. Ginoecious: pada satu tanaman hanya ada bunga betina
  3. Monoecious: pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina pada bunga yang berbeda
  4. Hermaprodit: pada satu tanaman hanya ada bunga hermaprodit
  5. Andromonoecious: Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga hermaprodit
  6. Ginomonoecious: pada satu tanaman terdapat bunga betina dan bunga hermaprodit
  7. Trimonoecious: pada satu tanaman selain terdapat bunga jantan dan bunga betina juga terdapat bunga sempurna
Pada populasi tumbuhan:
  1. Monoecious: suatu populasi tumbuhan yang terdiri dari hanya tumbuhan monoecious
  2. Dioecious: suatu populasi tumbuhan yang terdiri dari hanya tumbuhan androecious dan ginoecious
  3. Hermaprodit: Suatu populasi tumbuhan yang terdiri dari hanya tumbuhan hermaprodit
Kromosom sex pada tumbuhan
Pada hewan tingkat tinggi, sex ditentukan oleh kromosom sex, misalnya berupa kromosom XY (pada manusia), ZW (pada Aves). Pada tumbuhan terdapat pula system sex kromosom heteromorfik tetapi jarang dijumpai. Pada tanaman Silene latifolia, tumbuhan jantan memiliki kromosom sex heteromorfik XY (22 kromosom, kroimosom sex XY) sedang pada tanaman betina terdapat 22 kromosom dan kromosom sex XX. Pada jantan dijumpai kromosom sex heterogametik dengan 2 tipe gamet, sedang pada betina homogametik.
Pada genus Rumex sub genus acetosa jika rasio (banyaknya kromosom X/banyaknya set autosom) sama dengan 1.0 maka terjadi tumbuhan ginoecious. Jika rasionya 0.5 atau lebih kecil maka terjadi tumbuhan androecious, sedang jika antara 0.5 dan 1.0 maka akan dijumpai tumbuhan andromonoecious, hermaprodit, atau ginomonoecious. Contoh tumbuhan lain yang memiliki kromosom sex heteromorfik adalah tanaman dioecious asparagus (Asparagus officinalis). Yang jantan memiliki kromosom sex heteromorfik. YY dijumpai hidup dan fertil. Pada Cannabis sativa, terdapat tipe sex heterogametik XY monoecious, homogametik XX menampilkan ginoecious. Alel resesif pada kromosom X mengurangi kemampuan menjadi betina, tanaman XXm menampilkan tipe sex dari ginoecious sampai ke monoecious, dan tanaman XmXm menjadi tanaman jantan dengan morfologi bunga seperti bunga betina.
Gen Mendelian Yang Mengontrol Tipe Seks
Gen-gen yang mengontrol tipe seks pada tanaman Cucurbitaceae, telah dipelajari pada tanaman ketimun (Cucumis sativus). Tanaman ketimun (2n=14) adalah species tanaman menyerbuk terbuka dan dalam individu tanaman, semua kemungkinan tipe seks bisa muncul. Alel dominan pada lokus F (female) dan M (monoecious) menimbulkan betina. Table berikutnya menjelaskan kontrol penampilan seks pada melon.
Penampilan seks pada ketimun
Genotipe Fenotipe
M_F_ Ginoesious
M_ff Monoesious
mmF_ Hermaprodit
mmff Andromonoesious
Penampilan seks pada melon
Genotipe Fenotipe
A_G_ Monoesious
A_gg Ginomonoesious
aaG_ Andromonoesious
aagg Hermaprodit

Daftar Pustaka :
Hartana, A. 1992. Genetika Tumbuhan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pemuliaan Tanaman Buah

1. Pemuliaan Apel.

Kesuksesan pemuliaan tanaman buah yang umumnya merupakan tanaman tahunan adalah merupakan kombinasi seni dan ilmu. Sebagai contoh pemuliaan apel di Western Australia, yang merupakan pemuliaan buah apel terbesar dan terlama di Australia. Proyek penelitian pemuliaan apel di Western Australia telah dikenal luas secara nasional dan internasional sebagai salah satu program pemuliaan yang inovatif dan maju di dunia. Proyek ini terdiri dari sekelompok ahhli, tenaga professional dan standar kualitas yang tidak ada saingannya di seluruh Australia. Para ahli didukung dengan kondisi polinasi yang ideal pada saat pembungaan dan pilihan varietas yang sangat banyak. Program pemuliaan apel ini berpusat di Manjimup, 300 kilometer selatan Perth, telah menjadi pusat pemuliaan buah.
Pemuliaan tanaman apel di Western Australian dimulai dengan pemuliaan skala kecil yang didanai oleh Departemen Pertanian Western Australian di Stoneville Research Station di Perth Hill, tahun 1972 – 1985. Program pemuliaan ini menghasilkan 700 – 1200 bibit per tahun dimana lebih dari 16.000 benih ditanam. Hampir semua persilangannya adalah Lady Williams x Golden Delicious. Hasil akhir dari program ini adalah dirilisnya Pink Lady dan Sundowner. Pink Lady sejak saat itu menjadi varietas utama di dunia dan tergolong apel premium, dengan warna semburat pink dan rasanya yang khas ‘crunchy’ atau renyah dengan sedikit rasa asam (Gambar 1 dan 2).
Koleksi plasma nutfah sangat penting dalam pengembangan varietas. Sampai tahun 1999 di Manjimup ada 50.000 tanaman apel yang dikoleksi di lapang. Setiap tahun dilakukan evaluasi terhadap pohon – pohon apel yang dikoleksi untuk kemudian diseleksi lebih lanjut. Berikut tabel seleksi apel di WA.
Tahun Jumlah Pohon yang dievaluasi Seleksi lanjutan
Inisiatif baru dalam pemuliaan apel adalah dengan memanfaatkan bioteknologi. Meskipun program pemuliaan sangat kuat berdasarkan metode konvensional, metode bioteknologi sudah mulai digunakan. Penelitian awal dipusatkan pada 4 area utama, yaitu penggunaan bioteknologi untuk:
  1. Analisa parental
  2. Genetik fingerprinting untuk varietas baru
  3. Pemuliaan dengan bantuan penanda gen (marker assisted breeding) dan
  4. Pengendalian sintesa etilen dalam penyimpanan
Keempat kegiatan tersebut merupakan kerjasama Departemen Pertanian Western Australia dengan SABC (State Agricultural Biotechnology Centre) di Murdoch University, Perth.

2 Pemuliaan Jeruk

Asal Citrus/Jeruk adalah Asia Tenggara.
Jeruk berasal dari Asia Tenggara, dimana saat ini jeruk menjadi salah satu buah terpenting di dunia. Jeruk juga ditanam di daerah lain di dunia, kurang lebih di 100 negara. Pada tahun 1995, the Food and Fertilizer Technology Center melakukan survey metode produksi yang digunakan oleh petani jeruk di berbagai negara. Hasil survey menunjukkan bahwa hasil per unit area di Asia lebih rendah dibandingkan negara – negara Barat, sedangkan biaya produksi dan pemasaran relatif tinggi. Produksi sebesar 40 mt/ha tidaklah dianggap sangat tinggi di negara Barat, sebaliknya rata – rata produksi di Korea adalah 26 mt/ha, di Thailand 15 mt/ha, dan di Taiwan hanya 15 mt/ha. Persetujuan WTO yang mendesak era baru perdagangan bebas dunia, membuat sangat penting bagi industri jeruk di negara Asia untuk menjadi lebih kompetitif. Ini memungkinkan petani untuk memperoleh tempat di pasar domestic di jaman liberalisasi dan jika memungkinkan memperluasnya.
Selain biaya produksi yang tinggi dan hasil yang rendah, produksi citrus di daerah ini memiliki masalah serius dalam hal penyakit, terutama penyakit greeding dan virus, sehingga umur pohon relatif pendek. Dalam hal lama waktu yang diperlukan oleh pohon jeruk untuk mencapai kedewasaan, memperpanjang umur pohon memberi kontribusi yang penting untuk meningkatkan persentase kebun buah yang produktif, dan mengurangi biaya produksi. Masalah lain adalah kurangnya varietas yang bagus, kurangnya bibit tanaman yang bebas penyakit, dan kebutuhan teknik penanaman yang tepat sehingga petani dapat lebih mengontrol saat panen, sehingga dapat menghindari produksi musiman yang berlebihan.
Keinginan untuk meningkatkan produksi jeruk sangat bagus, karena permintaan sangat besar untuk menyerap produksi, tanpa menurunkan harga. Ada 2 cara utama untuk mencapainya, memperbaiki teknik budidaya dan pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul. Dalam prakteknya, kedua strategi ini harus diaplikasikan bersama.
Pemuliaan untuk mendapatkan varietas baru.
Ada beberapa masalah dalam pemuliaan jeruk untuk mendapatkan varietas unggul. Dari 4 grup utama citrus (jeruk manis/sweet orange, mandarin, jeruk besar/grapefruit dan jeruk limau/lemon), hanya satu, mandarin, yang merupakan spesies sejati. Tiga grup lainnya adalah hibrida interspesifik yang tidak dapat diperbaiki dengan teknik pemuliaan konvensional. Bahkan pada mandarin, salah satu varietas mandarin, Satsuma, dihasilkan dari mutasi, bukan dari pemuliaan selektif, yang membuat perbaikan sifat menjadi sangat sulit. Adalah penting untuk memperoleh informasi genetik yang lebih sistematik tentang varietas yang ada, juga tentang sifat yang ingin dimanipulasi pemulia.
Masalah lain dalam pemuliaan varietas jeruk adalah lamanya periode pohon untuk mencapai kematangan, dan ukuran pohon jeruk yang besar. Kedua faktor ini berarti bahwa pemuliaan cultivar baru memerlukan areal lahan yang besar dalam periode waktu yang panjang, dan ini menambah biaya. Faktor biologi lain yang juga membatasi pengembangan cultivar baru adalah ketidakserasian seks dan sterilitas, dan nucellar embryony yang biasa terjadi.
Di Jepang, satu varietas, mandarin Satsuma, mewakili 75% produksi jeruk. Banyak usaha telah dilakukan untuk menganekaragamkan varietas, termasuk beberapa varietas baru, tapi tidak berhasil. Beberapa kultivar baru telah dikembangkan pada abad ini di Jepang yang memiliki kualitas buah superior, tapi produktivitas rendah. Jeruk –jeruk ini cenderung menyukai kondisi iklim yang hangat. Beberapa pemulia jeruk menyarankan bahwa pemuliaan jeruk di Jepang di masa depan harus menekankan tidak hanya pada kualitas dan produksi buah, tapi juga kemampuan kultivar untuk beradaptasi di kisaran iklim yang luas.
Program Pemuliaan di masa yang akan datang
Konservasi plasma nutfah sangat vital, termasuk varietas – varietas yang sekarang digantikan dengan cepat oleh varietas yang lebih unggul. Pemulia tanaman jeruk di Jepang, sebagai contoh, sekarang memproduksi hibrida interspesifik jeruk dan juga microcitrus. Jeruk – jeruk ini tidak langsung dapat digunakan untuk buah, karena rasanya yang tidak enak, tapi menjanjikan sebagai rootstock (batang bawah). Yang juga penting adalah spesies liar yang masih memiliki hubungan dekat, banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi kecil atau tidak langsung bernilai. Beberapa spesies hampir punah karena habitat alaminya dihancurkan. Adalah sangat penting untuk melakukan konservasi plasma nutfah. Juga penting dilakukan pemetaan gen (genetic mapping), dan juga mengklarifikasikan hubungan filogenetik dan luasan keragaman genetik pada jeruk dan keluarganya.
Pertukaran materi genetik antar negara merupakan faktor penting lainnya. Selain faktor penyakit dan karantina, satu masalah utama yang membatasi pertukaran plasma nutfah jeruk secara internasional adalah hak paten sumber daya genetik berdasarkan WTO. Tapi, juga telah disetujui bahwa semua program pemuliaan jeruk akan diberi kebebasan untuk mengakses secara luas materi genetik.
Bioteknologi tampaknya sangat penting dalam pemuliaan varietas baru jeruk. Rekayasa genetika dan perkembangan lain dalam biologi molekuler menawarkan kemungkinan untuk memperluas jumlah kombinasi gen, termasuk tanaman transgenic yang memiliki keunggulan tahan penyakit dan sifat yang penting lainnya. Kultur jaringan juga merupakan teknik yang penting: regenerasi secara in vitro mungkin menghasilkan mutasi yang berguna, juga hibrida somatik yang baru untuk batang bawah. Karena hibrida somatik merupakan tetraploid, teknik ini juga berguna untuk mengembangkan cultivar batang atas (scion), terutama triploid tanpa biji. Transformasi genetik akan memudahkan untuk memodifikasi hanya satu sifat terseleksi, tanpa mengubah sifat lainnya.
Kesimpulan
Kenyataan bahwa ribuan metric ton jeruk yang ditanam di negara Asia menunjukkan keuntungan dan kesuksesan industri jeruk. Akan tetapi, di banyak negara, produksi menurun belakanang ini, terutama karena kompetisi impor, termasuk jus jeruk impor. Tekanan dari jeruk import kemungkinan akan memukul petani jeruk lebih keras lagi di bawah perjanjian WTO. Juga ada kompetisi dari buah – buah lain yang masuk ke pasar bersamaan dengan jeruk, juga bahkan kompetisi dari makanan kecil, yang lebih disukai anak – anak muda dibandingkan buah segar.
Produksi jeruk di masa depan mungkin dapat diatur, bukan dengan kapasitas produksi petani, tapi oleh kekuatan permintaan pasar dan oleh tingkat harga. Usaha untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja dalam produksi jeruk, dengan menggunakan teknologi terintegrasi dan memperbaiki praktek budidaya, akan menjadi sangat penting. Perbaikan pengendalian penyakit, sehingga memungkinkan kebun buah di daerah tropis memiliki masa hidup yang lebih panjang, juga akan memegang peran penting untuk mengurangi biaya dan membuat petani jeruk di suatu daerah lebih kompetitif.
Penelitian, dan penyampaian hasil penelitian ke petani, telah memperbaiki baik produksi maupun kualitas jeruk yang ada dua decade terakhir. Ke depan adalah menjanjikan, khususnya dalam hal kemampuan kita untuk memproduksi varietas dengan sifat – sifat seperti unggul tahan hama dan penyakit, kualitas penyimpanan dan rasa yang enak, serta hasil yang tinggi. Tapi, konservasi plasma nutfah jeruk, khususnya di Asia Tenggara yang merupakan asal jeruk, harus diberi prioritas.

Pemuliaan Tanaman Hias

Pemuliaan tanaman hias biasanya ditujukan untuk mendapatkan karakter – karakter spesifik seperti saat bunga mekar, warna daun dan bunga, keharuman yang diinginkan serta intensitasnya, bentuk bunga, ketahanan simpan (shelf life), dan ketahanan terhadap penyakit. Pada bunga mawar, misalnya, sasaran kualitasnya antara lain stabilitas dan kejernihan warna, keharuman, berduri sedikit dan mempunyai banyak bunga. Karena luas dan besarnya keragaman jenis, maka para pemulia tanaman yang tertarik untuk memperbaiki kualitas tanaman hias harus sepenuhnya mengenal lebih dekat tanaman – tanaman yang akan dimuliakan (Welsh dan Mogea, 1991).

1. Anggrek

Spesies anggrek di Indonesia
Indonesia terkenal di seluruh dunia sebagai negara yang banyak memiliki spesies anggrek alam. Terdapat lebih dari 5000 spesies anggrek alam di Indonesia, setengahnya diperkirakan terdapat di Papua, sekitar 2000 jenis di Kalimantan dan sisanya tersebar di pulau lain. Spesies yang banyak tumbuh di Indonesia meliputi Vanda, Phalaenopsis, Paphiopedilum, Dendrobium, Coelogyne, Cymbidium, Bulbophyllum.
Beberapa contoh spesies anggrek di Indonesia:
  1. Anggrek Sumatra: Coelogyne dayana. Anggrek bergerigi, bagian dalamnya berwarna coklat tua, lidah berwarna kekuningan dan bagian luarnya berwarna hijau pucat.
  2. Anggrek Jawa: Vanda tricolor, spesies cantik berwarna putih dengan totol-totol kemerahan dan ungu.
  3. Anggrek Kalimantan: Coelogyne pandurata (anggrek hitam). Bunga anggrek ini memiliki tanda hitam pada bibirnya, yang membentang ke belakang sampai bagian dalam bunga. Daun bunga dan kelopak daun anggrek hitam berwarna hijau cerah.
  4. Anggrek Papua: Dendrobium violaceum, tumbuh di hutan pegunungan yang tingginya mencapai 2000 m. Lebih dari 2000 spesies anggrek terdapat di Papua, mulai yang hidup di tepi pantai hingga lereng gunung yang tinggi.
  5. Anggrek Sulawesi: Diplocaulobium utile, berkembang di pagi hari, mentutup di siang hari. Anggrek ini dikenal sebagai anggrek berserabut. Batangnya dapat digunakan untuk membuat berbagai kerajinan tangan seperti kotak perhiasan, tas tangan dan alas kaki.
  6. Anggrek Maluku: Phalaenopsis amabilis, anggrek bulan. Puspa pesona Indonesia.
  7. Anggrek Nusa Tenggara: Bulbophyllum biflorum (bunga kembar) dari Flores. Di Nusa Tenggara banyak dijumpai tanaman anggrek yang memiliki daun yang tebal dan berair dengan bunga yang berukuran kecil. Ciri khas tersebut mencerminkan iklim kering di kawasan Nusa Tenggara.
Menyilang Anggrek
Penyilangan anggrek bertujuan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk bunga yang menarik, menciptakan mahkota bunga yang kompak dan berstektur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, menghasilkan jumlah kuntum banyak dan menghilangkan adanya kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetic serta meningkatkan produksi bunga.
Melihat betapa pentingnya tujuan dari penyilangan dan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, berikut beberapa pedoman penyilangan yang harus dikuasai.
  1. Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti warna dan bentuk bunga.
  2. Sebagai induk betina pilih induk yang mempunyai bunga yan gkuat, tidak cepat layu atau gugur.
  3. Pilih kuntum bunga yang masih segar atau telah membuka penuh.
  4. Penyilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyilangan sebagai berikut:
  • Buka ujung column bunga, sehingga akan terlihat didalamnya polinia berwarna kuning.
  • Ambil polinia dengan hati-hati dengan menggunakan lidi/tusuk gigi
  • Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik)
  • Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu dan akan muncul bakal buah yang akan terus berkembang menjadi buah. Bunga anggrek silangan akan terus masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan ciri adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi kekuning-kuningan. Buah anggrek ini berisikan ribuan biji anggrek yang akan menghasilkan tanaman baru hasil silangan.

2. Kembang Sepatu (Hibiscus sp)

Hibiscus kemungkinan besar berasal dari India, lalu menyebar ke Indo-Pasifik. Penyilangan Hibiscus sudah dilakukan sekitar th 1820 di Mauritius lalu di Hawai sekitar 1900-an, India, Sri Lanka, Fiji dan Florida. Di Australia, saat ini sudah ada lebih dari 600 varietas yang dijual secara komersial.
Karakter yang dicari dari pemuliaan hibiscus meliputi : warna bunga, kombinasi warna bunga, bunga yang bertumpuk atau overlap, teksture yang bagus, ruffled dan tufted, tahan sengatan matahari, bentuk tanaman, tahan penyakit.
Penyilangan Hibiscus
Kondisi yang tepat untuk penyilangan adalah pada suhu 18oC – 26oC dengan kelembaban tinggi. Pagi hari, saat bunga baru mekar, polen baru matang (segar) merupakan waktu yang tepat untuk melakukan penyilangan. Pot bunga yang baru diserbuki sebaiknya diletakkan di tempat yang agak teduh untuk mencegah kekeringan polen. Kelembaban yang tinggi mencegah kekeringan pollen dan stigma. Perlu diingat, beberapa varietas Hibiscus dapat memproduksi pollen dalam jumlah banyak, sementara varietas lain memproduksi sedikit pollen. Beberapa varietas susah untuk memproduksi biji, walaupun pada kondisi lingkungan yang sesuai.
Transfer pollen ke putik (stigma) dapat dilakukan dengan beberapa cara. Bisa dengan menggunakan pinset, untuk mengambil pollen dari tangkai pollen. Bisa juga menggunakan kuas untuk mengambil pollen dan meletakkannya pada putik. Cara termudah, petik tangkai polen, lalu sentuhkan pollen pada kepala putik. Setelah melakukan polinasi, beri label yang berisi kode tetua jantan dan betina, serta tanggal polinasi.
Pertumbuhan buah (seed pod)
Jika polinasi sukses, bunga akan jatuh 1 – 2 hari setelah polinasi, sedangkan tangkai bunga dan dasar bunga tampak segar. Ovari mulai membengkak sampai seukuran jempol orang dewasa. Buah akan masak dalam 6 – 14 minggu, tergantung suhu dan varietas tanaman. Warna buah menjadi coklat. Jika buah sudah kering, biji akan terlempar keluar. Sebaiknya buah yang sudah kering segera dipetik untuk mencegah kehilangan biji. Satu buah dapat berisi 0-60 biji, namun rata-rata 10 – 20 biji. Biji yang sudah kering dapat segera ditanam. Dapat juga disimpan dalam amplop yang ditutup rapat, di tempat kering.
Menanam benih.
Tanam biji dalam media campuran yang memiliki porositas cukup baik. Tanam dengan kedalaman 1-2 cm di dalam tanah. Benih akan berkecambah 1 minggu sampai 1 bulan. Jaga kelembaban tanah. Jika kecambah sudah memiliki beberapa daun, dan batang mulai berkayu, pindahkan bibit tersebut ke pot yang lebih besar. Berikan pupuk NPK, 20-20-20 pada saat ini.
Pembungaan dan evaluasi
Setelah 6 - 18 bulan, tanaman ini akan mulai berbunga. Jika anda mendapatkan keunikan dari hasil persilangan ini, segera daftarkan dalam perlombaan!
Pemuliaan yang selektif, pemilihan tetua jantan dan betina, mendapatkan buah dan biji, menumbuhkan benih sampai dewasa dan akhirnya berbunga, dapat menjadi pengalaman yang penuh tantangan dan menyenangkan (fun)!
Catatan:
Menurut George Harvey (2005), menjadi pemulia tanaman (plant breeder) mesti menyukai alam, keindahan, kesabaran, keinginan untuk memperoleh sesuatu yang baru. Tidak perlu ilmu pengetahuan khusus. Persyaratan yang utama adalah tahu tentang tanaman. Pengetahuan tentang genetika tidak terlalu penting bagi pemulia tanaman, tapi bisa sangat berguna jika anda benar-benar menguasai ilmu tersebut.
Pemuliaan Lili
Genus Lili (Lilium sp.) terdiri dari sekitar 85 spesies dan diklasifikasikan ke dalam 7 grup/section (De Jong, 1974). Lili yang memiliki nilai komersial penting termasuk ke dalam grup hibrida Asiatic, hibrida Oriental dan Longiflorum.
Berbagai macam lili yang ada saat ini masih dapat dikembangkan dengan penyilangan antar 3 grup yang sudah terkenal secara komersial, juga dengan mengeksploitasi sifat – sifat penting dari 4 grup Lili lainnya. Terutama untuk mengintroduksi sifat ketahanan terhadap penyakit virus, busuk umbi (yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum), juga untuk memperpanjang masa berbunga dan tahan kondisi yang kurang optimal (cahaya rendah, suhu tinggi), juga pilihan warna bunga dan bentuk bunga yang lebih banyak merupakan tujuan penting pemuliaan lili (Van Creij et al., 1997).
Persilangan antar grup lili yang berbeda seringkali dihambat oleh hambatan persilangan (Van Creij et al., 1993). Ketika embrio terbentuk, produksi hibrida seringkali gagal akibat aborsi embrio (Asano and Myodo, 1977). Teknik kultur jaringan dengan cara penyelamatan embrio diharapkan dapat membantu menghasilkan tanaman hibrida hasil silangan yang sehat (Astarini et al., 2008).

Pemuliaan Tanaman Serealia

Tanaman serealia (cereal; grain) meliputi tanaman padi, jagung dan gandum serta tanaman penghasil bulir lainnya. Tanaman serealia umumnya merupakan tanaman penghasil makanan pokok di dunia, karenanya program pemuliaan tanaman telah intensif dilakukan.Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Negara produsen padi terkemuka adalah RR Tiongkok, India, dan Indonesia. Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antarnegara. Thailand merupakan pengekspor padi utama. Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia.
Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan peningkatan produksi beras nasional yang didukung oleh Revolusi Hijau belum diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani. Sejak lebih dari 10 tahun terakhir, gejala pelandaian produksi dan penurunan total faktor produksi (TFP) makin jelas terlihat, apalagi jika terjadi anomalii iklim El-Nino. Oleh karena itu, tanpa upaya terobosan yang didukung oleh inovasi teknologi dan strategi yang jitu maka peningkatan produksi dan pendapatan petani sulit ditingkatkan.
Pembangunan pertanian tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan ketahanan pangan nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas (mutu dan gizi), dan meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh sebab itu, sasaran utama perbaikan sistem produksi padi ditujukan untuk: 1) meningkatkan produksi padi agar mampu mendukung ketahanan pangan, terutama melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen, dan 2) meningkatkan nilai tambah ekonomi sistem produksi, terutama melalui peningkatan efisiensi produksi, perbaikan mutu produk, diversifikasi, pengembangan sistem, dan usaha agribisnis padi.
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan inovasi teknologi. Tanpa terobosan inovasi teknologi tidak akan dihasilkan kemajuan dan pembaruan. Institusi penelitian memegang peranan penting dalam menghasilkan inovasi teknologi. Balai Penelitian Tanaman Padi (BALITPA) merupakan Balai Penelitian Nasional yang diberi mandat untuk menghasilkan inovasi teknologi perpadian.
Dalam usaha meningkatkan produktivitas padi nasional, peran inovasi teknologi varietas unggul sangat besar. BALITPA terus meningkatkan potensi genetik varietas yang dilepas dan menyiapkan teknologi agar varietas unggul baru (VUB) dapat mengaktualisasikan potensi gentetik yang ada, terutama dalam peningkatan produktivitas dan mutu. Pengembangan VUB ke depan akan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Sumberdaya genetik dari plasmanutfah domestik akan terus dikarakterisasi dan diperbaiki pengelolaannya agar mudah pemanfaatannya oleh pemulia dalam kegiatan perbaikan potensi genetik VUB. Varietas unggul yang dilepas diharapkan telah dilengkapi dengan teknologi budidaya dan teknologi panen/pascapanen agar VUB dapat mengaktualisasikan potensi genetik (produktivitas dan mutu unggul) yang dimiliki. Oleh sebab itu, kegiatan penelitian perbaikan komponen pengelolaan lahan, air, tanaman dan organisme (LATO) serta panen dan pascapanen menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program pengembangan varietas unggul baru (VUB) spesifik (VUBS), varietas unggul hibrida (VUH), dan varietas unggul tipe baru (VUTB).
Selaras dengan strategi Revolusi Hijau Lestari dan tantangan dalam peningkatan produksi di masa datang, maka program pengembangan padi harus bertumpu pada enam pendekatan, yaitu (1) persilangan dan seleksi konvensional, (2) pemuliaan heterosis/hibrida, (3) pemuliaan padi tipe baru, (4) persilangan padi antarkerabat jauh, (5) pemuliaan molekuler, dan (6) rekayasa genetik (Khush 2004). Dalam kaitan ini, pengembangan VUB dilakukan melalui tiga pilahan penelitian yaitu: 1) perakitan VUB spesifik, 2) perakitan VUTB, dan 3) perakitan VUH. Perakitan dan perbaikan varietas dilakukan dalam siklus kegiatan yang berlanjut dengan memanfaatkan plasma nutfah yang ada (BALITPA, 2005)

Kebotakan Pada Pria

Kebotakan Pada Pria
      Beberapa pria dalam kasus tertentu memiliki masalah dengan rambut. Bahkan rambutnya dapat saja mulai rontok ketika usia mereka menginjak 20 tahun, ketika usia mereka menginjak 50 tahun, lebih dari 50% jumlah rambut akan rontok dan mengalami kebotakan. Kebotakan pada pria dapat disebabkan oleh infeksi di kepala, penyakit, atau kebiasaan seperti menarik rambut, bagi kebanyakan pria yang mengalaminya, mereka termasuk dalam kategori pola kebotakan pada pria atau androgenetic alopecia.
      Penyebab kebotakan pada pria disebabkan oleh faktor genetik dan dan terdapatnya kandungan beberapa bahan kimia tertentu di dalam tubuh. Hal tersebut bukan merupakan penyakit dan sepertinya sudah menjadi hal biasa yang terjadi pada pria dewasa ini, meski ada yang menganggapnya sebagai petaka.
      Meski hal tersebut bersifat genetik, tapi bukan berarti tidak ada yang dapat dilakukan oleh pria yang mengalaminya. Melalui banyaknya penelitian, kini para dokter dan peneliti dapat memahami bagaimana mekanisme pola kebotakan pada pria dari pada sebelumnya sehingga para dokter dan ahli telah mengembangkan berbagai perawatan inovatif untuk mengatasi kebotakan pada pria.
      Dewasa ini menjadi masalah kesehatan umum yang dihadapi pria maupun wanita. Saat ini rambut rontok justru dapat menyerang siapa saja, bukan hanya orang dewasa, bahkan anak-anak usia remaja pun dikhawatirkan akan mengalaminya juga. Terdapat banyak faktor penyebab masalah kebotakan pada manusia. Penyebabnya bisa saja berasal dari pola dan jenis diet sampai perlengkapan perawatan rambut seperti sabun dan sampo yang dapat mempengaruhi kesehatan rambut dan kulit kepala seseorang. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab kebotakan atau rambut rontok, termasuk cara dan gaya hidup seseorang, dari awal dia bangun pagi sampai kembali tidur di malam hari.
      Ada beberapa penyebab rambut dapat rontok sampai mengalami kebotakan, seperti :
  • Diet. Apapun makanan yang Anda konsumsi akan mempengaruhi tubuh terutama bagian tubuh seperti rambut. Jadi berbagai makanan yang mengandung nutrisi seperti vitamin, protein, dan mineral akan sangat penting dikonsumsi karena akan berpengaruh pada kesehatan dan pertumbuhan rambut. Jadi berhati-hatilah dengan diet Anda.
  • Obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan dapat menyebabkan rambut rontok, seperti Amphetamine yang terdapat pada obat-obatan untuk diet ditengarai dapat menyebabkan kerontokan rambut.
  • Masa kanak-kanak. Hasil riset menyatakan bahwa masalah rambut rontok terdapat juga pada anak. hal ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dan mengalami kerontokan pada rambutnya saat berusia beberapa bulan.
  • Penyakit. Terdapat banyak penyakit yang dapat menyebabkan kerontokan rambut, seperti kelainan pada kelenjar tiroid, lupus, dan diabetes. Ketidakseimbangan hormon juga menambah daftar panjang penyebab kerontokan rambut.

Daktiloskopi (Ilmu Sidik Jari)


Daktiloskopi berasal dari dua kata Yunani yaitu dactylos yang berarti jari jemari atau garis jari dan scopein yang artinya mengamati atau meneliti. Kemudian dari pengertian itu timbul istilah dalam bahasa inggris yang kita kenal menjadi “Ilmu Sidik Jari”. Kedua ilmu itu ditetapkan pada objek yang sama, garis papil, tetapi tujuan Daktiloskopi tersebut lebih dititikberatkan untuk keperluan personal identifikasi. Daktiloskopi berarti mengamati sidik jari khususnya garis yang terdapat pada ruas ujung jari, baik tangan dan kaki. Jadi, daktiloskopi berarti ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali atau untuk proses identifikasi orang.

Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil,dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan/kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah/alur yang membentuk lukisan tertentu. Kulit tapak terdiri dari 2 lapisan :

1. Lapisan dermal adalah kulit jangat/kulit yang sebenarnya. Kulit inilah yang menentukan garis yang ada pada permukaan kulit telapak.

2. Lapisan epidermal adalah lapisan kulit luar/garis papilar. Garis inilah yang menjadi perhatian kita untuk menentukan bentuk pokok perumusan dan perbandingan sidik jari. Jenis sidik jari dibagi menjadi tiga macam,yaitu:

1. Visible impression adalah sidik jari yang dapat langsung dilihat tanpa menggunakan alat bantu.

2. Laten impression adalah sidik jari yang biasanya tidak dapat dilihat langsung tetapi harus dengan menggunakan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu supaya dapat nampak lebih jelas.

3. Plastic impression adalah sidik jari yang berbekas pada benda yang lunak seperti sabun, gemuk, permen, coklat. Sedangkan untuk sidik jari yang mengalami kerusakan atau cacat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Cacat sementara adalah cacat pada bagian kulit luar (epidermal) dan garis yang cacat /rusak tersebut dapat sembuh kembali seperti semula.

2. Cacat tetap adalah cacat yang disebabkan karena ikut rusaknya garis yang sampai lapisan dermal. Sidik jari yang cacat tetap atau sementara biasnya tidak akan mempengaruhi identifikasi terhadap jari kecuali apabila sidik jari rusak sama sekali. Ada tiga dalil atau aksioma yang melandasi daktiloskopi (ilmu sidik jari), yaitu:

1. Sidik jari setiap orang tidak sama.
2. Sidik jari manusia tidak berubah selama hidup.
3. Sidik jari dapat dirumuskan dan diklasifikasikan secara matematis. Ketiga dalil yang telah dicetuskan oleh Sir Francois Galton (1822-1916) didasarkan pada hasil penelitian terhadap beribu-ribu sidik jari manusia yang telah diteliti.


Bentuk Pokok Sidik Jari

Ada tiga bentuk sidik jari yaitu busur (arch), sangkuatn (loop), dan lingkaran (whorl). Bentuk pokok tersebut terbagi lagi menjadi beberapaa sub-group yaitu bentuk busur terbagi menjadi plain arch dan tented arch, bentuk sangkutan terbagi menjadi Ulnar loop dan Radial loop, sedangkan bentuk lingkaran terbagi menjadi Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl. Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya.

 

pembagian bentuk pokok lukisan sidik jari.jpg


a. Loop (Sangkuatan) Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti kearah sisi semula. Syarat-syarat (ketentuan) Loop:
1. Mempunyai sebuah delta.
2. Mempunyai sebuah core.
3. Ada garis melengkung yang cukup.
4. Mempunyai bilangan garis (Ridge Counting) >= 1 Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Ulnar loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan kelingking, melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.

2. Radial loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.

 

bentuk loop.jpg

b. Arch (Busur) Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik ditengah-tengah. Arch terdiri dari:

1. Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis dating dari sisi lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit bergelombang naik ditengah.

2. Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.

c. Whorl (Lingkaran) Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan didepan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl.

Titik Fokus ( Focus Point )

Keberadaan titik fokus didalam sidik jari akan berperan penting dalam menentukan termasuk klasifikasi apa sidik jari tersebut. Dalam pengklasifikasian dikenal dua jenis titik fokus yaitu delta yang merupakan titik fokus luar (outer terminus) dan core yang merupakan titik fokus dalam (inner terminus). Tidak semua sidik jari memiliki titik fokus tergantung jenis/klasifikasi dari sidik jarinya. a. Core (inter terminus) titik fokus dalam Core adalah titik tengah yang terdapat pada garis sidik jari loop yang terdalam dan terjauh dari delta. Dapat dikatakan bahwa core merupakan titik tengah atau pusat dari lukisan sidik jari. Dalam menentukan letak core berlaku beberapa ketentuan dibawah ini :

1. Core ditempatkan pada garis sangkutan (loop) yang posisinya terletak paling dalam.

2. Apabila garis sangkutan yang terdalam tidak berisi garis-berakhir atau garis-pendek yang naik sampai setinggi bahu sangkutan core ditempatkan pada bahu sangkutan yang posisinya terletak lebih jauh dari posisi delta.

3. Apabila sangkutan terdalam berisi n (ganjil) buah garis-berakhir yang naik sampai bahu sangkutan core ditempatkan pada ujung garis yang paling tengah.

4. Apabila sangkutan terdalam berisi n (genap) buah garis-berakhir yang naik sampai ke bahu loop core ditempatkan pada ujung garis yang posisinya paling tengah dan terletak paling jauh dari dari posisi delta.

core.jpg


Namun pada prakteknya letak core tidak selalu dapat ditentukan dengan aturan-aturan yang telah disebutkan diatas. Ada dua kasus yang pada umumnya dapat mengaburkan dalam menentukan letak core ini. Kasus yang pertama adanya garis tambahan (appendage). munculnya appendage ini dapat merusak garis sidik jari bila appendage tersebut muncul disuatu garis sidik jari yang letaknya berada pada daerah melengkung antara bahu garis sangkutan. Apabila appendage ini akan dianggap sebagai garis berhenti bagi sangkutan yang tepat berada diluarnya. Kasus yang kedua adalah adanya garis loop yang terdalam (garis sangkutan) yang saling memotong satu sama lain (inter locking loop). Pada kasus ini kedua garis sangkutan yang saling memotong tersebut dianggap sebagai salah satu sangkutan dimana garis di dalamnya seakan-akan merupakan garis yang naik sampai setinggi bahu loop.

b. Delta (outer terminus) titik fokus luar. Delta dalam pengertian sehari-hari adalah gugusan yang terdapat pada muara sungai air yang mengalir ke laut atau danau selalu membawa Lumpur dan batu sehingga lama kelamaan terbentuk suatu gugusan pulau yang disebut “delta”. Delta yang sebenarnya pada sidik jari adalah titik/garis yang terdapat pada pusat perpisaan garis type lines. Delta merupakan titik fokus yang terletak didepan pusat berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok lukisan merupakan dua buah garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang berjajar (paralel) dan memisah serta (cenderung) melingkupi pokok lukisan (pattern area). Pokok lukisan adalah daerah/ruangan putih yang dikelilingi oleh garis type lines yang mana ruangan tersebut merupakan tempat lukisan garis sidik jari. Pada kenyataannya tidak semua sidik jari memiliki delta tetapi ada juga sidik jari yang memiliki lebih dari satu delta.

bagian-bagian sidik jari.jpg

Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam menentukan posisi delta, yaitu:

a. Delta tidak boleh ditempatkan pada garis membelah yang tidak terbuka kearah core.

b. Apabila harus memilih antara garis membelah dan kemungkinan delta, maka garis membelah yang dipilih.

c. Apabila terdapat dua atau lebih garis-garis yang memenuhi syarat delta maka pilih yang terdekat dengan core.

d. Delta tidak boleh ditempatkan di tengah-tengah garis yang berada di antara garis pokok tetapi harus ditempatkan pada ujung garis yang terdekat letaknya dengan pusat berpisahnya garis pokok.

delta.jpg


Ridge Counting

Ridge counting merupakan bilangan garis yang menyentuh atau melintasi garis bayangan yang ditarik antara delta dan core (delta dan core tidak ikut masuk dalam penghitungan bilangan garis). Garis-garis yang kelihatannya sangat halus (tipis) dicelah-celah garis-garis yang tebal disebut insipientridge, dan garis ini tidak ikut dihitung karena biasanya tidak selalu ada. Sedangkan, bagaimanapun kecilnya ukuran sebuah titik(dot), garis pendek (short ridge) harus diperlakukan garis sidik jari yang ikut dihitung, apabila sama tebalnya dengan garis-garis yang lain.

Rumus Sidik Jari (Classification Formula)

Rumus sidik jari merupakan salah satu cara identifikasi. Dalam dunia kepolisian, rumus jari digunakan sebagai cara untuk menidentifikasi seseorang. Karena sidik jari merupakan bentuk yang unik dan berbeda pada setiap orang, maka rumus sidik jari pun akan berbeda pada tiap orang. Perumusan sidik jari (classification formula ) merupakan pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang menunjukkan interprestasi mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis, bentuk loop, dan jalannya garis.